21 Desember 2008

banten

Desember ini banyak libur, pekerjaan yang harus diselesaikan pun menumpuk. Minggu pertama desember dihabiskan dengan meeting dari senin sampai dengan jumat plus sabtu. Tak hanya itu meeting pun masih berlanjut hingga minggu kedua. Praktis sisa minggu ketiga yang perlu diefektifkan, mengingat minggu keempat sudah libur.

Tak ada perjalanan keluar kota bulan ini, paling hanya ke daerah satelit ; Banten. Tidak jadi masalah seh, malah senang juga karena setidaknya saya bisa berjumpa dengan kawan lama. Kamis, 19/12 ke tangerang juga. Terakhir ke kota ini 3 bulan yang lalu. Tangerang yang selalu berbenah, terlihat beberapa trotoar sedang diwarna. Pepohonan di sepanjang jalan pun sudah tinggi, sejuk! Belum lagi boulevard di beberapa ruas jalan kota.




Bergerak ke arah karawaci yang memang eklusif terlihat sedang dibangun race untuk A1 GP. Sirkuit kota pertama di Indonesia. Wah tak sabar rasanya melihat balapan yang menurut schedule akan diadakan februari 09. Kontras di sebelahnya jalan ke arah legok tak banyak berubah. Ruas jalan yang berlubang dan patah meski telah dicor dengan beton. Tak heran memang karena jalan ini selalu dilalui kendaraan berat yang gak tau juga arahnya ke mana. Legok merupakan arah pintas untuk menembus ke daerah serpong-yang jauh lebih berkembang mulai dari gading serpong, serpong, dan bumi serpong damai. Semunya menjelma menjadi kawasan yang jauh lebih menarik dan indah.

Company lama tangerang ternyata masih utuh ada mba rina, rumondang, aci dan aisa yang kemana-mana bawa anaknya. Ada sedikit perubahan di 09 katanya. Beberapa orang akan ditarik dan rolling area. Sayang pada hari ini tidak berjumpa dengan anggota repper club ya mungkin karena jadwalnya yang berbeda. Ali – tetangga kost ! dengan bersemangatnya menyalami dan menawarkan kesempatan untuk pindah ke company-nya, memang dia masih sahabat yang sangat baik.

Next day perjalanan ke kota serang, ibu kota banten. Tak ada perubahan yang berarti di kota ini. Ya sejak 2 tahun yang lalu kota ini selalu sama. ada pengalaman buruk di kota ini. Angkot di sini-ibu kota propinsi tidak memiliki jalur/trayek kalau ada pun hanya formalitas! Penumpang yang menentukan arahnya. Kemana penumpang terbanyak, kesanalah tujuannya ya dan anda cukup mengeluarkan kocek 2000. Sehingga karena menumpang terbanyak berbeda arah saya pun pernah diturunkan di sebuah perempatan yang gak tau kemana. Sekarang hampir 2 tahun berlalu entahlah…

Cilegon kota baja juga tak jauh berbeda, kota ini terlihat sama. hanya ada satu ruas jalan utama yang ternyata sudah mulai macet. Mesjid beton arah ke Krakatau medika belum juga selesai, atau bahkan di pending penyelesaiannya. Jadi penasaran juga gimana dengan kota lain di banten ya? Jika saja serang sang ibu kota dan cilegon Kota madya-nya saja tidak banyak berubah bagaiaman kota lainnya? Padahal banten termasuk propinsi yang kaya, ada banyak pabrik di sana, pelabuhan bahkan bandara soekarno-hatta juga! Tapi entahlah… sejak berpisah dari jawa barat saya rasa tidak ada perubahan. Tapi entahlah…


0 komentar: