12 September 2009

Lost Generation

Perang pemikiran memang sudah lama ditabuh. Praktis setelah peperangan dengan senjata selesai sudah. Dunia memeasuki babak baru. Peperangan yang lebih halus, terselubung namun dampaknya lebih hebat dibadingkan dengan perang senjata. Jika dengan senjata akan memusnahkan satu nyawa, tetapi kan diganti dengan myawa berikutnya yang memiliki idealism yang sama. sebaliknya dengan perang pemikiran tidak ada nyawa yang dihilangkan akan tetapi identitas, idealism, prinsip dan keyakinan yang melayang.


Derasnya arus informasi, majunya teknologi membuat dunia semakin tak berbatas. Hal ini semakin memudahkan lawan untuk meyebarkan ideology, virus bahkan apapun yang mereka inginkan. Tanpa disadari perlahan-lahan, sekeping deni sekeping pemahaman dan etika yang mereka sebarkan mulanya diterima dan kemudian malah menjadi diagungkan. Di titik inilah kemenangan bagi sang lawan.

Tengoklah ke jalanan generasi sekarang, merasa lebih hebat jika berbau kebarat-baratan. Sesuatu yang belum tentu bagus adanya. Tengoklah betapa generasi sekarang sudah melupakan asalnya, sudah berubah. Tengoklah generasi sekarang, seakan bukan bagian dari kita.

Ramdahan menjadi contoh yang nyata. Ketika sebagian besar melaksanakan ibadah puasa, generasi muda kita dengan santainya mangkir di warung-warung, bahkan dengan bebasnya merokok di muka umum seakan menjadi suatu kebanggaan. Ketika malam tiba. Hitunglah berapa banyak anak muda yang berada di barisan tarawih. Bisa di hitung jari.
Bayangkan apabila semua hal ini terus terjadi. Generasi tua menghidup mesjid dan mushala sudah tiada, siapa yang kan menjadi penerusnya? Akan ada satu generasi yang hilang yang memutus semua rantai dan menajdi penanda kemenangan perang pemikiran. Semoga hal ini tida terjadi pada generasi kita dan anak cucu kita. Sebab itu tandanya dunia akan semakin mendekati ajalnya.



0 komentar: