8 Maret 2010

akhir dari Glukometer

Glukometer merupakan suatu perangkat yang sangat penting bagi pasien diabetes untuk memonitor kadar gula darahnya. Hal ini sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi. Penggunaan glukometer mengahuskan pasien mengambil sample darahnya dari jari. Meskipun demikian glukometer generasi ketiga yakni dengan metode invasive sudah ditemukan walaupun penggunaannya untuk home glucose monitoRing belum dianjurkan.

Dengan perkembangan teknologi kini ada kemungkinan berakhirnya era glukometer sekarang. Berikut info teknologi terbaru yang saya ambil dari Ethical digest No73/Thn VIII Maret 2010. Ya Sensor pendeteksi glukosa mengenai nafas. Pasien tidak perlu lagi menusuk jarinya yang notabene sebagian besar takut jarum. Sungguh suatu kemajuan yang luar biasa.


Telah diciptakan suatiu sensor baru ukuran kecil, yang dapat membantu mendiagnosa penyakit dengan biaya murah dan membantu pengobatan pasien yang menderiat berbagai penyakit. Tim insinyur dari universitas Florida, AS telah merancang dan menguji suatu sensor yang dapat digunakan untuk beberapa hal mulai dari pemantauan tingkat kadar glukosa pada penderita diabetes melalui napas, hingga mendeteksi indicator kemungkinan kanker payudara dari air liur.

Tim telah mempublikasikan 15 tulisan dalam versi yang berbeda, mengania sensor ini. Laporan paling baru dipublikasikan di IEEE sensor Journal baru-baru ini. Disebutkan bahwa mereka telah menintegrasikan sensor dalam system nirkabel, yang bisa mendeteksi glukosa ari menghembuskan nafas. Sensor ini adalah salah satu perkembsngsn teknologi kedokteran, yang akan bisa menggantikan perangkat non-invasif lainnya, seperti alat pemeriksaan gula darah dengan jarum, yang banayk digunakan penderita diabetes saat ini.

Pengujian dengan sensor bertentangan dengan pemikiran bahwa kadar glukosa dalam nafas terlalu kecil untuk dinilai secara akurat. Sensor yang baru diciptakan menggunakan semikonduktor yang tiap menit memperkuat sinyal sampai pada tingkat yang apat dibaca. “dengan alat ini anda cukup menghembuskan nafas kea lat ini” kata Fan Ren Professor sekaligus anggota proyek tersebut.

Peneliti menggunakan sensor untuk mendeteksi kadar pH atau alakalinitas dalam napas. Dengan ukuran 100 mikron atau 100 seperjuta meter sensor UF begitu kecil sehingga kelembaban dari satu hembusan napas sudah cukup untuk mendapatkan pH atau membaca konsentrasi glukosa kurang dari 5 detik. Sensor bekerja dengan menggabungkan zat-zat reaktif berbeda dengan semikonduktor gallium nitride, yang bisa digunakan amplifier ponsel.

Jika digunakan untuk mendiagnosa kanker, zat aktif ya adalah antibody yang peka terhadap protein tertentu yang teridentifikasi sebagai kanker. Jika targetnya glukosa molekul reaktif terdiri dari sengoksida nanorods yang berikatan dengan enzyme glukosa.




0 komentar: