8 Juli 2009

Jual Paksa

“Pak,biasa ya !” seruku sambil melaju untuk mengistirahatkan sejenak si kuda besi tepat di samping Pecel Lele langgananku. Selasa 07 juli jam setengah malam, waktu itu, di dalam tenda tak terlihat seorang pun pembeli. Aku memang sering beli makan di sini dan tidak pernah makan di tempat. Kecuali bersama si zaki-temen kostku.

Tiba-tiba sebuah motor berhenti di sampingku. Ada 2 orang. “ maaf, mas bisa bantu gak?” kata yang dibonceng. “apa ?” jawabku setengah teriak. Jalanan masih rame sehingga bising kendaraan makin menenggelamkan suara pria tadi yang memang sangat pelan seolah takut ketahuan. “saya kirim barang, tetapi kelebihan, bisa beli gak? Saya butuh ongkos pulang.” Sang pria mulai memaparkan tujuannya.




Dia pun kemudian mengeluarkan sebuah bungkusan plastic. Ada 4 plastik yang kemudian diikat lagi menjadi satu. “ini apa?” tanyaku. “ini kaos yang biasa di mal, neh lihat merknya.” Sambil memperlihatkan merk dan bandrol harganya. Rp 67.000,- tercetak di sana. “karena saya kepepet ngapapalah 100.000 semuanya.” Setengah memelas

“wah, maaf mas saya ngga perlu kaos! Lagian aku ga punya uang.” Tolakku. “yah, ngapapa kurangi dikitlah mas, bener neh butuh banget buat ongkos pulang” tak henti-hentinya dia memaksa. “ wah maaf mas, saya ngga berminat.” Aku mencoba mengakhiri percakapan.

“sudahlah, cepetan !” tiba-tiba si Pria yang di depan berteriak memberi tanda.” Ya sudah, sekarang mas punyanya berapa duit, dikasih deh semuanya” seru sang pria dengan sedikit garang. Aku pun kaget dan bingung. Gara-gara sepele malah jadi berabe, pikirku. “20.000” jawabku sambil mengeluarkan uang. Dan dengan secepat kilat sang pri itu menyambarnya. “ya sudah pilih slah satu” bentaknya. Dengan terpaksa aku pun memilih satu plastik. Dan dengan secepat kilat pula kedua pria tersebut menghilang sehingga aku pun tak sempat untuk sekedar melihat plat nomornya.

Aku pun penasaran, seperti apa sih neh kaos. Sesampainya di rumah segera saja aku robek plastik kaos. Dan ya Allah ternyata kaos jelek dengan bahan sampah-pikirku. Beruntunglah hanya satu yang kuambil jadi gak tertipu. Fuh…kaos sialan ! kulempar tuh kaos, pantasnya untuk kain pel.






0 komentar: