11 Mei 2009

Rider

Sebuah MX melesat menyalip, rider yang satu ini mungkin tentara, terlihat dari sepatu pentophel dan jas hujan loreng yang dikenakannya. Adrenalinku pun meningkat gerakan MX pun tak henti kukejar menyelinap dan meliuk-liuk di kelokan cimahi yang cukup crowded siang itu. Performa motor sama, aku pun tak mau kalah. Jadilah dua MX berkejar-kejaran. Posisi pun kupertahankan supaya terus berada persis di belakangnya.

Seru! Serasa ikut GP, namun sayang tak berlangsung lama, arena pasar padalarang tak pelak membuat macet jalan, sang MX di depan sekejap menyelinap di antara truk. Sebenarnya masih bisa dikejar tetapi premium di motorku seusai prediksi habis tepat di SPBU padalarang. Perseteruan pun berakhir. Beruntunglah SPBU ini seakan terminal, rider yang akan ke Jakarta mengisi full bahan bakar di sini. Banyak yang masih bisa di ajak duel.



Kelokan citatah hal yang kusuka selain nagreg. Tikungan-tikungan tajam semakin membuat perjalanan mengasyikan. Terlebih hanya sendiri aku pun bisa dengan bebas memacu kuda besi melibas semua “lawan”. Tepat di perbatasan bandung, di kejauhan terlihat rombongan tiger. Cukup banyak. Mereka cukup arogan dengan mengambil tengah jalan dan membentuk satu garis. Beruntunglah barisannya sedikit terkoyak sehingga aku pun bisa masuk ke dalam barisan dan mendekati kepala konvoi. Beberapa pengendara menyuruhku untuk menepi dan mebiarkan mereka duluan. ‘siapa kamu?’ pikirku ? toh ini pun bukan jalan milikmu. Kuda besi pun makin kubesut hingga akhirnya barisan konvoi pun bisa kusalip jauh!

Matahari terus bergulir, sempat bimbang apakah lewat uncak atau jonggol. Maklum terdengar ceriat mengerikan kalau lewat jonggol. Lebih cepat sebenarnya tetapi takut ada gangguan maklumlah jalanannya sangat sepi selain itu beberapa ruas rusak parah. Terlebih hari sudah menjelang senja. Setelah berhenti sejenak, akhirnya ku putuskan melalui jonggol toh konvoi di belakang pun sangat banyak pikirku.

Tak hentinya gas kutarik semaksimal mungkin. Target jangan sampai kemalaman di jonggol. Satu per satu rider yang searah terlewati jua. Cukup melelahkan karena ketidakpastian dimana ujung trek ini berakhir. Ini merupakan kali kedua melewati jonggol. Setahun yang lalu pernah melewati jalur ini tetapi posisiku hanya sebagai tandem sehingga tidak terlalu hapal medan jalan.

Terlampaui sudah, sebelum sempat matahari terbenam jalur jonggol pun sudah kutinggalkan. Memasuki Jakarta kemacetan sudah terbaca, terlebih di mekarsari baru saja selesai acara Hi-Hip Hura. Tak pelak macet pun terjadi sudah. Yang lebih gawat hampir terjadi tawuran. Beberapa anak muda yang mungkin merasa dilecehkan melempari sebuah truk yang berisi anak muda yang mungkin mengejek. Lemparan batu dan kayu melesat menghantam truk dan mobil-mobil yang berada dalam kemacetan. Aku pun dengan cepat menghentikan langkah. Membuat jarak denagn sang truk yang menjadi korban. Beruntunglah ada seorang tua yang berani turun di tengah jalan dan menantang duel kepada sang pelempar.

Tepat jam 6 sampai juga di rumah sang kakak. Perjalanan yang vukup mengasyikan. Membesut kuda besi 5 jam nonstop garut-jakarta. Sebenarnya malas juga karena pasti capek. Tapi karena sang kakak sebelumnya mengajak pulang untuk bermotor pikirku tak mengapa. Ternyata sang kakak telah mengambil cuti seminggu sehingga dia pun belum mau pulang. Dan jika dia yang bawa wah malah lebih was-was. Terpaksa single fighter! RIDE !






0 komentar: