2 Juli 2009

Maling Kost

“gimana kronologisnya?” Tanya sang polisi. “saya kemalingan pak, TV saya hilang, padahal itu TV papa saya, uang saya juga di bawa kabur sama receh-recehnya. Bahkan.. . rokok saya 3 bungkus pun di bawa juga!” jawab Erma. “Dan, ada kebongkaran neh…, langsung ke TKP!” seru sang polisi lewat handphonenya. Tak lama kemudian dua orang polisi tak berseragam meminta kami membawa ke tempat kost, tempat dimana kamar teman saya, Erma kemalingan.

Hanya 15 menit kami sampai ke kost. Jarak polsek memang tak terlalu jauh. sang polisi meneliti dengan seksama TKP. Dia pun meminta sang induk semang datang dan begitu juga pembantu kost yang biasa menjaga kost. Semua ditanya dengan seksama termasuk aku dan juga zaki. Setelah semua selesai kami pun diminta ke polsek lagi untuk membuat berita acara.



-----
Hari pertama bulan juli. Cukup melelahkan. “ TV lo ada ga? Coba di cek !” tiba-tiba zaki mengagetkanku yang baru saja sampai kecapaian setelah main badminton. Aku pun segera membuka pintu kamar. “ada, ko ! memangnya kenapa ?” tanyaku heran. “tadi, si eli bilang ada orang yang ambil TV, ya 21 inch, katanya mau di servis. Nah kalo TV lo ada, mungkin TV mbak erma, karena kalo TV pak RW saya tahu kecil.” Zaki menjelaskan. “ ya, sudahlah mungkin memang servis” jawabku sambil menutup pintu.
Setelah selesai mandi, aku pun melanjutkan pembicaraan yang tadi sempat tertunda dengan zaki. Sambil mencoba memilih film yang bagus, sampai “sretttttttt”, suara orang tergesa-gesa. “mas, lihat yang bawa TVku nggak?” mbak erma memutuskan pembicaraan kami. Zaki pun kemudian menjelaskan apa yang disampaikan eli.

“mas, kata kakak ipar saya, saya suruh lapor polisi yang terdekat. Tahu nggak tempatnya dimana?, boleh minta tolong anter” mbak erma sedikit memelas. Aku puntak tega, dan karena aku yang tahu letak polsek maka tepat pukul 10 malam, kami berangkat ke polsek terdekat.
-----
“mas, mbak mari ikut sini” kata sang polisi. Setelah hampir setengah jam dicecar tentang kronologis kejadian, kami pun diajaknya ke lantai dua. Silahkan duduk di sini katanya. Tak lama kami pun kembali ditanyai kembali. Semua pertanyaanya hampir sama dengan yang sebelumnya. Namun agak lebih detail. Setelah hampir setengah jam sang polisi memberika berkas kedua. Silahkan baca dulu mbak, terus ditantangani, serunya. Uh..ternyata yang setengah jam di bawah tadi pembuatan bukti lapor. Dan setengah jam yang kedua merupakan pembuatan berkas penyidikan. Uh..hampir dua jam.
-----
Kost tempatku baru saja kemalingan. Sekitar pukul 3 siang kata sang saksi. Namun tak ada tanda kerusakan apapun. Dia masuk menggunakan kunci yang sama. untuk sementara, alibinya adalah mbak yuli. Teman satu kantor erma yang dulu pernah menempati kamar tersebut. “dia masih megang duplikat kuncinya ! dan sudah hampir dua bulan saya sedang marahan sama dia” gerutu mbak erna.

Alibi sudah ada. Tapi tidak ada bukti yang kuat untuk itu. “yang kurus itu pembantunya kan? Dia pegang kunci juga? Apa kalian tidak menaruh curiga ke dia?” Tanya sang penyidik. Secara spontan aku dan mabk erma pun menjawab tidak. Sepengetahuan kami tidak ada motif kalau mba ida-sang pembantu yang melakukannya.
Tetapi hari ini setelah sedikit megoreksi keterangan dari eli, sang saksi aku dan zaki pun mulai membuka alibi baru, mba ida sang pembantu! Beberapa kejadian dan pernyataan dia menguatkan alibi tersebut. Entahlah…
-----
“kalau ada perkembangan, kami akan menghubungi anda, dan jika ada keternagan yang ingin ditambahkan silahkan menghubungi kami” demikian sang penyidik mengakhiri percakapan dan menyuruh kami pulang untuk beristirahat.




1 komentar:

Raden Tanjung mengatakan...

garing, kriuk-kriuk....^_^